Man A or Man B? My Intuition Knows the Difference
Kedatangan dan kepergian seseorang adalah bagian dari siklus hidup manusia. Maka ketika berbicara tentang mereka yang menyukai kita dalam konteks 'pria dan wanita' saya memilih untuk tidak terjebak dalam keinginan memiliki. Sebab bagi saya, tak ada gunanya mengikat hati pada sesuatu yang kejelasannya masih menjadi tanda tanya (?).
![]() |
the sources from internet |
Dalam kehidupan ini saya tidak pernah ingin membuat sesuatu menjadi rumit. Misalnya, kalimat 'people come and go' itu benar menurut saya, saya tidak mau mengekang hidup saya ataupun hidup orang-orang yang datang ke kehidupan saya. Jadi kalau mau datang, saya sambut, namun jika ingin pergi saya persilahkan dengan senang hati.
Misal, dalam dinamika hubungan pria dan wanita, maka akan muncul satu pertanyaan penting: mengapa kita seringkali merasa perlu memiliki seseorang yang menyukai kita?. Menyukai itu tidak selalu harus berjuang pada kepemilikan. Menurut saya pribadi, sebuah perasaan, meskipun tulus, tetap harus dikawal dengan logika. Saya tidak ingin terbebani oleh perasaan-perasaan yang tidak jelas. Karena bagi saya mencurahkan tenaga dan pikiran untuk sesuatu yang masih abu-abu hanya akan menguras energi yang seharusnya bisa saya gunakan untuk hal-hal yang lebih pasti, lebih membangun dan lebih membahagiakan.
Saya percaya bahwa perasaan haruslah datang dengan arah. Jika kehadiran seseorang hanya sebatas singgah, maka saya harus mampu membedakan mana yang layak ditunggu dan mana yang hanya perlu dilepaskan. Sudah saya katakan sebelumnya, mencintai bukan berarti selalu memiliki, dan menyukai bukan berarti harus diperjuangkan mati-matian. Apalagi jika perjuangan itu tidak mendapatkan pijakan yang jelas.
Banyak orang mengira bahwa rasa suka dari orang lain adalah alasan yang cukup untuk memulai sesuatu. Tapi sejujurnya saya tidak ingin memulai sesuatu yang dasarnya masih rapuh. Saya tidak ingin memupuk harapan dari sesuatu yang belum menumbuhkan kejelasan. Pada akhirnya saya memilih untuk tidak bersusah payah mengurusi sesuatu yang masih menggantung. Karena saya tahu, hati saya terlalu berharga untuk diinvestasikan pada ketidakpastian.
Ah, menyukai seseorang ini menurut saya kegiatan yang menarik, tapi ingat ya 'hanya sebatas suka dan kagum' perasaan itu tak lebih.
Kekaguman saya pada seseorang, terutama pria, seringkali bersifat tentatif; sementara, rapuh, dan bisa berubah seiring waktu. Saya belajar untuk tidak mudah larut dalam kesan awal, karena wajah bisa menipu, dan sikap luar tak selalu mencerminkan isi dalam. Ada yang terlihat alim, tapi ternyata minim integritas, ada pula yang tampak biasa saja, namun justru menyimpan kebaikan tulus yang tak dipamerkan.
Dalam menghadapi itu semua, saya terus melatih intuisi, sebuah naluri batin yang tak bisa diajarkan, tapi bisa diasah. Intuisi itu menjadi alat saya membedakan mana pria yang benar-benar klik dengan nilai yang saya pegang, dan mana yang hanya pandai bersandiwara atau terlalu genit dalam pendekatannya. Semoga kita selalu terjaga dari sesuatu yang membahayakan perasaan kita, Aaamiin. Tetaplah ingat! kekaguman bukan alasan untuk lengah. Justru dari kekaguman itu saya diajak untuk lebih berhati-hati, agar tidak menaruh harapan pada seseorang yang hanya memesona di permukaan.
I have learned to read the silence between words, the shift in tone, the subtle glances. That is show how I know if he is genuine or just another flirt in disguise.
Saya bisa berkata seperti itu karena pengalaman telah mengajarkan banyak hal. Tidak semua pria sejalan dengan prinsip yang saya tanamkan, dan saya pernah ada dalam situasi di mana kenyataan tidak seindah kesan awal. Ada pria yang usianya lebih muda dari saya, namun justru lebih dewasa cara berpikir dan bertindak. Sebaliknya, ada pula yang tampak sebagai sosok "green flag"; tenang, sopan, dan terlihat bertanggung jawab tapi ternyata menyimpan sisi "red flag" yang tersembunyi. Saya belajar membaca tanda-tanda itu bukan hanya dari apa yang mereka katakan, tapi juga dari cara mereka berbicara, bertingkah laku, bahkan dari cara mereka mengetik pesan.
A man's true nature doesn't hide from woman who listens with her intuition. I don't guess, I feel, I sense, and I know
Pria yang mudah tergoda biasanya akan mengambil tindakan lebih cepat kepada wanita yang dia tuju. Contoh lainnya, bisa saya kenali dengan cara mereka menanggapi unggahan perempuan di media sosial, dari komentar-komentar halus yang sebenarnya tidak perlu, atau dari energi yang mereka keluarkan ketika berbicara tentang lawan jenis. Semua itu perlahan mengasah intuisi saya untuk tahu siapa yang benar-benar diberi ruang, dan siapa yang hanya singgah untuk meninggalkan jejak yang tak penting.
Jadi, tetaplah berhati-hati, anggap saja pencarian pria-mu ini seperti sedang melakukan 'penelitian besar', butuh latar belakang (Why?), metode apa yang digunakan? dll, sering-seringlah bertanya kepada diri sendiri, terus asah intuisi, dan cara kita berpikir kritis. Tidak boleh asal menyimpulkan, bedakan mana yang setia, tulus dan tidak genit;lihat yang mulus, cantik langsung follow, hehehe, bahaya tuh!.
Belajar untuk memahami diri sendiri, apakah perasaan ini baik untuk saya kembangkan lebih lanjut? apakah memang dia orangnya? bagaimana jika saya bersamanya kelak? dan jutaan pertanyaan lainnya yang sebaiknya bisa diprediksi dan dijawab dengan pelan-pelan dan hati-hati. Pasangan hidup, sekali seumur hidup, bahkan sampai ke surga. Jadi, mulai saat ini teliti ya. Jangan terburu-buru, nanti bisa kesandung.
Proses pencarian ini tidak sebentar, memohon bantuan kepada Allah SWT sangatlah dianjurkan, memintalah kepadaNya dengan keyakinan yang sungguh-sungguh. Allah yang maha mengetahui, sangat mengetahui bersama siapa kita kelak (?). Semoga yang terbaik Allah pertemukan dengan yang terbaik. Aaamiin. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.
Baiklah, itu saja unge-uneg hari ini, saya tutup dengan quotes saya sendiri: "He may look polite, charming, even gentle but I trust my instinct to tell me whether it's real or just a well-practiced performance". Thank you!
Comments
Post a Comment