Teman yang Se-frekuensi

Uly-Ku

Setelah tahu banyak karakter orang, semakin gue tahu bahwa KEPEDULIAN itu suatu hal yang sering dianggap remeh. Si Bima ngomong sama gue gini “Kalo orang yang Kita pedulikan itu malah risih, nggak pingin diperhatikan, eh terus dia malah marah-marah dan ngedumel. Yaudah biarin aja, santai aja kali, toh yang Kita pedulikan bukan cuman dia doang!”, Zzzzzz seketika gue sadar bahwa “Sebagai seorang manusia Kita nggak bisa lepas dari sifat peduli”, gue sering mengalami hal hal seperti itu, memedulikan orang lalu si manusia itu malah menganggap Kita seolah “Sok peduli”. Yah, kalo gue sih nggak ribet ya, santai aja.

Hei! Kamu tuh jadi manusia jangan nackalll, nanti Aku sentilll…

“Lah, lo dikasih jantung minta hati”, gue pernah berprinsip “Gue nggak mau perhatian sama siapapun, biar dia mau pingsan, kelaperan, dan mati yaudah bukan urusan gue”. Baru sadar, kalau hal seperti itu nggak pernah diajarkan di agama gue, tidak ada seorangpun yang paling nempel di hati gue kecuali, Maulydia Ayu Ningrum (Uly), Devita Damayanti (Pita), maksudnya gini “Dua orang ini, mampu membangun gairah gue dalam banyak aspek, punya temen deket yang suka mengingatkan sholat, puasa senin-kamis, nggak nunda-nunda tugas, tutur katanya sopan, yha pokoknya meneduhkan” Ini yang baru bisa dibilang sosok inspiratif. Kelucuan mereka itu beda, santun sekaligus mahal, apa ya? Menunjukan bahwa mereka itu sosok yang bisa melucu tanpa menyakiti dan candaannya itu positif. Dan senengnya gue adalah, mereka itu diciptakan memang untuk bermanfaat bagi sesamanya, Uly jago Mtk, terus Devita yang mahir di Kimia, dan saling melengkapi satu sama lain. Itu yang buat gue suka sama mereka, bukan sosok yang bisa diremehkan.

Dalam bergaul, gue mencoba mengatur bahasa gue, jangan sampai keluar kata-kata kasar yang sekiranya menyinggung perasaan manusia, Kita nggak tahu isi hati manusia “Bisa aja, suatu hari nanti, Lo dibunuh karena dendam dimasa lalu, cuman karena kata-kata yang nggak seharusnya diucapkan, hati-hati lho!”. Terus Nenek gue bilang gini “Uly itu dewasa ya, kesopanannya tinggi, bisa memposisikan suara, kalau ngobrol sama yang lebih tua hormatnya kelihatan, dan kalo ngobrol sama sebaya asiknya juga nampak”, gue jawab “Iya, emang dari dulu. Pingin lho Mih ketemu sama Uly di surga”. Btw, gue manggil Nenek gue itu “Mimih”, hehe.

Dalam beteman, Lo harus bisa lihat, Apa faedah dari pertemanan yang lo buat?, ada orang bilang kayak gini “Udah, nggak usah terlalu deket sama orang, biasa ajalah”. Manusia itu ada untuk saling memanfaatkan. Kita juga hadir untuk disukai dan dibenci, jadi manusia itu nggak gampang coyyy!. Seseorang pernah nanya sama gue gini :


“Lo mau nggak bantuin gue buat skripsi?”

“Inshaallah”, tahu nggak sebetulnya ada jawaban lagi setelah Inshaallah itu.

“Selagi Lo baik sama Gue, why not?”            


Itu yang dinamakan timbal balik, saling menguntungkan dalam hubungan yang baik. Lo bantu, Gue bantu, tapi sesuai sama kapasitas Kita masing-masing. Ok?. Contohnya gini : Misal, Lo pingin dibantuin skripsi (Persentase buat skripsi itu 100%) sedangkan Gue cuman minta bantuin buat makalah (Persentasenya 25%), Gue auto nolak dong!, mesti seimbang, setara dengan tingkat kesulitan dari setiap permasalahannya. Kalo konfliknya susah+++, solusinya juga bukan kelas teri lagi, udah sekelas Hiu.

Belajarlah menghargai kepedulian orang, untung  aja, Lo dipeduliin bambankkk!, terserah Lo mau kuliahh sampai 12 tahun terserah, nggak peduli gue. Lo mau tua di kampus, Lo mau sakit, Lo mau bodoh, Lo mau mati sekalipun. Terserah. Nah, jahat banget kan gue. Jadi jahat itu enak, tapi balasannya ituloh Neraka. Ekspetasi Kita mungkin masih belum nyampe, nggak kebayang gimana Neraka?, at least, Kita tahulah kalo Neraka itu Api, serba panas dan menjijikan. Sadar Bunga! sadar, cara terbaik membalas perbuatan jahat dari orang adalah dengan tidak melakukan han yang sama. Orang jahat, jangan dijahatin balik. Baikin aja sampe dia malu.

Pita-Ku

Devita dulu sering banget nasihatin gue, Kami duduk berdua, duduk di bangku paling depan dekat papan tulis, dia bilang “Setiap hari, kalo kita gini-gini aja, gimana mau maju?, ketawa cengengesan, ghibahin orang, omongan ga ke kontrol, belajar nggak masuk ke otak, suka nyontek, alangkah dungunya Kita!”. Yha Dep, gue paham. Gue masih suka kayak gitu.
              
Jangan terlalu dekat sama seseorang, yang nggak se-frekuensi, yang nyuruh Kita belok ke-kiri, padahal yang bener itu ya ke-kanan, please! Cari teman yang suka mengingatkan Kita sholat, melakukan kebaikan, tutur katanya sopan, santai dan pasti, pikirannya mulus, berpengetahuan luas, memposisikan diri sebagai seorang yang sederhana, dan tahu arti kejujuran. Sulittt yha? Emang. Berdo’a dong sama Allah, biar dikasih teman yang sesuai sama Kita. Ayo! berdo’a…#kalobisacariyanghafidzdanhafidzah.

Siapapun dia, yang bisa menghargai Lo, yang bisa mengayomi Lo, yang bisa membimbing Lo, yang bisa memklumi Lo, yang bisa-bisa-bisa dalam banyak hal, rangkul dia. Jangan dimusnahkan, tidak menyarankan untuk mencari yang sempurna, tapi mencari teman yang bisa menjadi isnpirasi, dan baik dalam agamanya. Itu lebih dari cukup. Sekian…

Comments

Post a Comment

Popular Posts