From Thailand Airport to Your Heart: A Letter to Our lovely Kakak Someday
Hai Kak, dalam perjalananmu kelak, berjalanlah dengan kerendahan hati yang melimpah ruah. Beberapa hari ini Ibu sedang mengikuti pelatihan di Bangkok, Thailand. Kegiatannya cukup padat, menguras tenaga, tapi alhamdulillah menyenangkan. Ibu bertemu banyak teman baru, belajar hal-hal yang sebelumnya belum pernah ibu bayangkan, dan merasakan dunia yang lebih luas. Tapi...di antara semua itu, ada satu hal yang tidak bisa ibu abaikan: bayanganmu yang entah kenapa selalu datang.
Kamu mungkin belum hadir sepenuhnya di dunia ini, Kak. Tapi rasanya, jiwamu sudah lama mengitari kehidupan Ibu. Seperti udara yang tak terlihat tapi terasa. Seperti rindu yang datang sebelum pertemuan benar-benar terjadi.
Saat Ibu duduk sendiri di bandara Suvarnabhumi, menatap layar keberangkatan dan melihat orang-orang berlalu lalang, hati ibu terasa penuh. Penuh oleh harapan, doa, dan cinta yang diam-diam ditunjukan untukmu.
Kak, semoga kelak kamu tahu...bahwa sejak jauh sebelum kamu bisa membaca surat ini, namamu sudah ada dalam setiap langah Ibu. Bahkan di tempat-tempat yang asing dan jauh, kamu tetap jadi yang paling dekat.
"Dalam riuhnya kepalaku saat ini, dari jutaan sedu sedan kebahagiaan, terimakasih kepada RabbKu, Tuhan semesta Alam, yang menghidupankan segalanya dengan cinta dan kasih, juga kepada favoritku dari masa ke masa Baginda tercinta Rasulullah SAW beserta para keluarga dan sahabatnya. Yang terhormat kedua orangtuaku: menjaga, mendidik dan mendoakanku. Belum sepenuhnya, Aku mengenali diriku. Aku masih terus mencari, belajar dan menyadari.Ya Allah, dalam desakan dunia yang serba cepat, aku menemukan kedamaian-Mu dalam semesta ini, sebuah anugerah yang sepantasnya disyukuri. Karena pada akhirnya, segalanya akan kembali padaMu."
Pernahkah kakak berpikir... bahwa setiap langkahmu, setiap prosesmu, dan setiap kerja kerasmu jika diniatkan sebagai ibadah maka nilainya akan selalu berbeda di mata Allah? Bahwa yang mungkin terlihat sederhana di mata manusia, bisa jadi begitu mulia di langit?
Ibu ingin Kakak tahu, hidup ini memang seperti permainan. Kadang terasa menyenangkan, kadang melelahkan, kadang kita menangis tanpa alasan, lalu tertawa tanpa tahu kenapa. Tapi sejatinya, dunia ini hanyalah persinggahan. Kita tidak menetap di sini, Sayang. Kita hanya sedang lewat, menyiapkan bekal untuk pulang.
Maka teruslah mengembara, Kak. Jangan takut pada perubahan. Jangan ragu membuka hati dan pikiranmu seluas mungkin. Dunia ini besar, tapi Allah jauh lebih besar. Jika Kakak melangkah bersamaNya, maka tak ada yang benar-benar menakutkan.
Ibu tahu, Kakak akan tumbuh menjadi pribadi yang kuat, meski mungkin tidak selalu merasa demikian. Tapi percayalah, setiap doa Ibu dan Ayah menyertaimu, di tanah manapun kamu berpijak, di langit manapun kamu menatap.
Entah mengapa akhir-akhir ini, Ibu sering merasakan sesuatu yang berbeda... seperti ada detak halus yang terus mengetuk-ngetuk dari dalam. Nadimu, Kak, Seolah-olah nyawamu tengah berkeliaran, mencari jalan pulang menuju Ibu. Mencari ruang hangat yang sudah lama ibu siapkan; di hati ini.
Di tengah perjalanan hidup yang sedang Ibu jalani, Ibu juga terus mengirimkan doa untuk ayahmu, semoga Allah senantiasa melindungi setiap langkah dan keputusan hidupnya. Sebab Ibu tahu, menjadi seorang ayah bukan perkara mudah. Tapi ayahmu, Kak... dia adalah laki-laki yang luar biasa walau Ibu belum tahu siapa dia saat ini(?).
Kelak, saat kakak mulai mengenal dunia, Kakak akan menyadari; ada banyak hal dalam dirimu yang mungkin mirip Ibu, entah dari cara Kakak menulis, tersenyum, atau berpikir. Tapi tak sedikit pula yang mungkin mengingatkanmu pada Ayah; dari keberanian, ketegasan atau ketenangannya. Dan Mungkin...kakak adalah kombinasi dari kami berdua, dalam versi yang paling indah yang pernah kami doakan.
Jika nanti kamu membaca ini Kak, ada doa-doa yang begitu tulus, yang tidak pernah disuarakan, bahwa kamu sudah hidup dalam harapan kami.
Dengan cinta tanpa batas,
Ibumu, Zara.
![]() |
YSEALI WLA 2025, Bangkok, Thailand. |
Comments
Post a Comment