Ekspedisi diam-diam mencari tujuan bernapas yang bermakna
Keberadaan kita yang
sendiri ini tidak seharusnya ditangisi. Setelah mendengar lagu Fiersa Besari
dan Feby Putri ‘namun boleh kah sekali
saja kumenangis?, sebelum kembali membohongi diri’, nyanyian ini
menyadarkan kita semua kalau ternyata mengeluarkan air mata itu sah-sah saja.
Ada banyak orang yang menuntut kita untuk melakukan hal-hal luar biasa, hal-hal
di luar kebiasaan. Kita ditekan, didorong, dijatuhkan, dan sangat terluka
parah. Kita semua merasakan roda perputaran yang tak berdurasi dan waktu
terus-menerus berjalan tak berhenti. Terkadang, kita menabrak dinding-dinding
tinggi, dibutakan emosi dan berakhir nestapa karena tidak menemukan solusi.
Kita hilang ketenangan, hari-hari penuh kegusaran, teman-teman mulai
meninggalkan, sedang orang tua harus dibahagiakan. Kenapa kita semua
seolah-olah dikejar oleh ‘pernak-pernik duniawi’?, padahal kita semua
berpotensi mati dimanapun nanti.
Baru saja gue terpikir
untuk membuka laptop dan mengerjakan projek menulis blog ini. Tanpa menunggu
lama, langsung aja! Menjelang akhir tahun ini, kejutan terunik buat pembaca,
jeng-jeng-jeng…
Tokoh kita kali ini,
dikenal pendiam sejak duduk dibangku putih abu-abu. Teman yang tidak terlalu
gue perhatikan eksistensinya, tapi kita lumayan kenal karena beberapa hal. Niat
untuk mewawancarai sudah terjadwal lama sebetulnya, tetapi karena ada suatu hal
yang menjadi kendala, gue tunda dulu selama kurang lebih lima bulan. Begini,
bahwa dengan mengenal manusia lain, gue itu selalu merasakan kebahagiaan.
Cerita pengalaman manusia, bahkan selalu menjadi pidato yang wajib didengarkan,
bukan karena ada niat lain, tapi murni dengan ketulusan kedua mata gue jadi
terbiasa melihat dari berbagai sudut pandang.
Muhammad
Rafi Mubarak
Rafi,
itu
panggilannya, species homo sapiens
yang senang bergelut diranah keadilan. Si Anak lugu, yang tidak pernah
diprediksi bakal mengikuti jejak keluarganya dalam mewarnai kehidupan akademis
di dunia ‘per-hukum-an’. Lahir di Kotabumi, bulan februari, tahun setelah 1999.
Terbilang muda, dan selalu menjadi kebanggan ibu-bapak. Sebagai anak kuliahan,
monggo bagi kalian semua yang mau konsultasi sama calon jaksa ini bisa main ke
rumahnya di daerah Kedaton, Kecamatan Suka Menanti, jangan lupa bawa martabak,
paling murah es cendol bandung seharga enam ribu rupiah.
Menengok teguhnya
prinsip yang digenggam, Rafi terpengaruh oleh ucapan Ustadznya semasa di MAN: Jadilah
seperti bintang walau nampak dipermukaan air, namun pada hakikatnya ia tinggi
dan jangan seperti asap walau ia menjulang tinggi pada hakikatnya ia rendah.
Memang, tidak mudah menyakini impian, harapan dan cita-cita. Namun untuk bisa
menggapainya, seseorang tidak bisa berleha-leha dan tidur sepanjang hari, mimpi
hanya mimpi tanpa usaha dan ikhtiar berulang kali.
Pada mulanya, Rafi
tidak banyak bicara. Terlalu banyak ketakutan untuk mengutarakan aspirasi,
memperdebatkan hal-hal yang perlu, atau bahkan berlama-lama dalam suatu forum.
Dengan sifat pendiam, introvert menyelimuti dirinya. Dihantui kebingungan,
harus apa? Perlahan, waktu kian menyembuhkan, menyadarkan, membantunya. Bahwa
dengan sikap disiplin, setiap orang bahkan bisa dengan mudah menikmati hari
sekarang, dan besok. Menurut Rafi dengan Bersikap keras pada hidup, kita semua
bisa dengan seratus persen merasakan manisnya hidup di kemudian hari.
Riwayat
Pendidikan Tokoh
1.
TK Laskar Ampera, Kotabumi
2.
SDN 1 Rejosari, Lampung Utara
3.
MTsN 1 Bandar Lampung
4.
MAN 1 Bandar Lampung
5.
Fakultas Ilmu Hukum, Universitas Lampung
Tentang
Kuliah
Tidak semua orang
bahagia dengan pilihannya sendiri, terkadang ada saja yang menggerutu jijik,
kenapa harus kayak gini sih?. Rafi, termasuk orang yang beruntung, ia berhasil
bahagia karena pilihan masuk jurusan ilmu hukum tidak membebani hidupnya. Tidak
ada duka sekalipun, mungkin lelah pasti pernah, hanya saja itu semua sudah
biasa, apapun ketika didasari niat yang kuat, cinta yang utuh, semuanya akan
berjalan lancar dan menyenangkan. Rafi juga didukung sepenuhnya oleh keluarga
dan sang kekasih untuk bisa menerjunkan diri di jurusan yang banyak peminat
itu.
Saking banyaknya
pilihan, kadang membuat kita kewalahan. Pilihan A? B? C? D? E? atau Z ya?, satu
saja cukup jika itu pantas. Sedikit pilihan, membuat kita ketakutan juga ya,
harusnya gimana dong? Temukan prioritas, di antara tiga mana yang paling ‘oke, gue banget’, pasti ada, nggak
mungkin sih kalau nggak ada sama sekali.
Rafi sempat bingung
ingin kuliah di jurusan apa, namun bundanya memberikan pencerahan agar Rafi mau
mengambil program studi hukum. Kita semua tahu, kalau anak-anak hukum biasanya
pandai berbicara, kemampuan public speaking-nya tidak diragukan.
Lantas, tiba-tiba saja figur Rafi Mubarak yang tidak begitu mahir ‘berorasi’
dicemplungkan di kolam yang amat menakutkan. Rafi mengakui bahwa dirinya tidak
pintar memainkan kata, rasanya sulit sekali ingin berbicara di depan umum, memandangi
satu-persatu wajah orang dengan tatapan yang bervariasi, itu menyeramkan. Orang
pemalu yang percaya, apapun rintangan di depan, pasti bisa diterjang.
Pendek cerita, Rafi
tidak ingin ketakutannya membatasi dirinya untuk berprestasi dan berekspresi.
Ia mengikuti kegiatan unit kegiatan mahasiswa, di UKM itu ia dilatih untuk
belajar ‘berbicara’, diajarkan bagaimana caranya berdinamika?, serta menyusun
stratergi dalam ajang debat. Tapi kembali lagi, sekecil apapun kemajuan yang
didapat, itu tetaplah bagian dari kemajuan, dan bersyukurlah untuk itu. Ingat
bahwa tanpa kemampuan Allah, manusia tidak punya kemampuan. Pada dasarnya,
manusia tidak punya kemampuan, tetapi dengan sifat Rahman dan Rahim-Nya
manusia bisa melakukan kegiatan yang diinginkan karena diberkati kemampuan dari
Tuhan-Nya.
Dengan sederet prestasi
spesial, Rafi menyabet jabatan sebagai ketua umum UKM Mahkamah di fakultasnya,
nggak bisa kebayang ya, seorang Rafi berpidato di depan banyak pasang mata. Ini
bukan soal bisa ngomong di depan umum atau enggak, tapi soal ‘cara memimpin
sebuah organisasi dengan baik’. Banyak lho pemimpin yang diam-nya nggak
ketulungan, tapi ketika ucapannya dibutuhkan, pemimpin itu bicara dengan ‘banyak
kalimat yang bermanfaat’.
Buah jatuh tidak jauh
dari pohonnya, kecuali kalau pohonnya deket banget sama jurang, buahnya bisa
mental jauh hilang dari pandangan. Biasanya, kita punya kecenderungan untuk
mengikuti seseorang dalam satu hingga berbagai hal. Rafi, dengan segala
kelimpahan ‘hak istimewanya’ dianugerahi keluarga yang manis. Rafi seharusnya
tidak boleh pesimis, peluang terbuka lebar untuknya meniti karir di ranah
hukum, sebab apa? Keluarga dari pihak bunda ditakdirkan menjadi acuan untuk Rafi
lebih giat belajar, mereka semua lulusan dari fakultas hukum, banyak paman-pamannya
berkecimpung di dunia hukum. Jelas tampak di sini, bahwa seribu pintu terbuka,
lewat koneksi keberuntungan semakin berpihak pada siapapun yang bisa
membuktikan diri bahwa sosoknya pantas, pantas untuk menduduki posisi tersebut.
Mata
Kuliah Favorit
Mata kuliah paling
disenangi. Rafi sendiri konsen dibidang hukum perdata, karena matkul tersebut
sangat sesuai dengan profesinya kelak yang tidak hanya fokus pada hukum tapi
juga dunia perbisnisan. Karena hukum perdata itu sendiri, yang dipelajari
mencakup: hukum ekonomi bisnis, mempelajari lebih lanjut tentang perusahaan dan
ekonomi bisnis.
Pandangan Rafi,
terhadap dosen. Dosen itu subjektif ya, ada yang memang sensitif, mudah marah,
biasa aja dan lain-lain. Bukan dosen yang hanya memberikan tugas tetapi tidak
hadir di kelas. Kalau kata Rafi Dosen yang baik itu, selalu hadir di kelas,
karena mahasiswa tetap membutuhkan petunjuk dari sang dosen, terkadang
mahasiswa juga berharap banyak pada dosennya.
Mengatasi
Masalah
Tidak mulusnya
kehidupan manusia, bukan berarti tidak adanya kebahagiaan. Dengan segala daya
dan upaya, manusia telah mengerahkan semua usahanya untuk bisa bertahan melawan
semua ujian tersebut. Bagi Rafi, kembali kepada Tuhan, merupakan jalan terbaik
untuk menghilangkan segala jenis kekecewaan. Mendekatkan diri lagi, dan terus
mendekati-Nya, sehingga terciptalah ketenangan di dalam dada.
Tips dari Rafi ketika
dihadapkan pada ujian terberat: Jangan tinggalkan sholat!.
Setelah
Sarjana
Rafi dan pilihan
hidupnya, manusia berencana, tetaplah keputusan berada di tangan-Nya. Rafi
berniat untuk mencari pekerjaan setelah lulus S1 nanti. Sebuah nasib untuk kaum
lelaki di zaman ini; mereka seperti dituntut harus serba bisa, sebagai contoh;
bisa punya penghasilan 20 juta perbulan, atau lebih besar daripada itu.
Memang sih rasanya
nggak adil, kalau cuman cowok doang yang gajihnya gede. Menurut gue, cewek juga
punya kesempatan yang sama untuk membantu ‘calon suaminya’ dalam urusan keuangan.
Rafi, yang bentar lagi bakal jadi anak freshgraduate
, doi bercita-cita tinggi ingin berkarir di dunia ‘hukum’, memilih profesi
jaksa, jika memungkinkan hakim, mencoba mengikuti tes kemenkumham, daftar
advokat dan barus setelahnya melanjutkan studi master.
Membicarakan hasrat
akademis, menjadi seseorang di kemudian hari. Rafi berkemauan kuat, menjadi
jaksa, semua profesi yang ada di ruang pengadilan memang nggak ada yang mudah.
Menurut Rafi, jaksa merupakan praktisi hukum yang tidak terlalu berat. Tidak
menutup kemungkinan, Ia juga berencana untuk menjadi legal corporate.
Apapun jenis
pekerjaannya, mesti disesuaikan dengan kemampuan, semua bisa dipelajari tapi
tidak semua berpihak pada kita. Diawal kita dituntut untuk paham mengenai diri
sendiri, tidak semua orang dikasih ‘hadiah’ sama Allah untuk bener-bener jeli
bedain mana yang haq dan bathil, mutusin mana yang salah dan bener. Gue punya
opini sendiri tentang profesi, potensi yang udah Allah titipkan ke kita, itulah
yang kudu dipertajam, dengan cara apa? Diamalkan. Oke, upah gede tapi nggak
bahagia, mending nyari pekerjaan yang dimana kita ngerasa kalo Allah tuh selalu
ngawasin, Allah tuh deket sama kita, supaya apa? Supaya nggak terjerumus pada
kesesatan cuy.
Era sekarang nih,
hati-hati banget sama ajakan-ajakan berkedok kedudukan dan uang, dengan memilih
lingkungan yang harmonis, atasan yang agamais, mungkin bisa sedikit membuat
kita lebih terjaga. Kalau gue sih ya Definisi profesi impian itu Pekerjaan yang
ketika kita bahagia, yang lain juga harus bahagia. Ea, ea, ea.
“Proses bertahan hidup,
hanya butuh orang-orang tersayang”- Rafi Mubarak.
Kawan-kawan
Karena kita punya akal,
sehingga tidak dibutakan oleh kebodohan. Rafi mengatakan kalau dirinya sempat
berada di lingkungan yang tidak mendukung, namun dari situ kita bisa menilai
mana yang seharusnya kita ikuti dan tidak. Alhamdulillah, dia selalu
dipertemukan dengan teman-teman yang baik dan ambis, sehingga ia pun bisa
mengikuti arus teman-temannya yang positif.
Impian
Impian manusia adalah
bagian dari kehidupannya. Rafi dengan nyala api yang membludak, tidak ingin
sekadar hidup, mengutip kata-kata bijak dari Buya Hamka “kalau hidup sekadar hidup babi di hutan saja hidup”. Manusia dan
babi itu makhluk yang jelas berbeda, namun menurut Rumi manusia adalah
kombinasi dari sifat malaikat dan hewan, manusia bisa kehilangan nafsunya,
manusia bisa mengatur nafsunya, manusia bisa dicelakakan oleh nafsunya, untuk
info lebih lanjut bisa baca buku Fihi Ma
Fihi dan Matsnawi ya.
Impian manusia wajib
didoakan, bagi mereka yang paham, manusia yang mendoakan kebaikan untuk manusia
lainnya, akan mendapatkan pahala yang luar biasa. Rafi itu cuman manusia biasa,
yang punya mimpi jadi ini dan itu, kali ini ia lebih serius menanggapi masa
depannya. Rafi memohon kepada-Nya, semoga segala impian yang ia dambakan bisa
diijabah oleh Rabb.
Rafi berharap dengan
sungguh-sungguh, agar dia mampu membahagiakan kedua orang tuanya, dengan cara
apa? Mendapatkan pekerjaan yang layak, menjadi seorang profesional yang ahli di
bidang hukum dan mendirikan firma hukum sendiri. Semua itu terwujud hanya jika
ada pergerakan serta perpindahan dari si manusia, bisa diartikan bahwa ikhtiar
menjadi komponen terlaksananya impian, bersama doa dan tawakal. Tiga elemen itu
menjadi yang terpenting dalam momen pengharapan, namun tetap diingat putusan
Allah tidak lain hanyalah untuk kebaikan kita sendiri.
Apa
yang menurut kita baik, buruk menurut-Nya. Apa yang menurut kita buruk, baik
menurut-Nya. Sungguh Allah mengetahui, apa yang tidak manusia ketahui.
Gue lupa itu surah apa
dan ayat berapa, tapi nanti kalau ada yang tahu, silahkan tinggalkan komen di
bawah ya. Rafi melanjutkan, untuk mendapatkan sesuatu, kita harus dibenturkan
oleh pahitnya perjuangan dulu, sesuai dengan kata Tan Malaka “terbentur,
terbentur, terbentur, terbentuk.”
Dari kisah Rafi, gue belajar kalau tidak banyak yang orang tahu perjuangannya, pengorbanannya. Kenapa? Sifat pemalu adalah sesuatu yang menurut gue harus ada dalam setiap orang ya, namun keberanian juga mesti ada di kehidupan manusia, berjuang untuk berani berbicara itu keren. Jadi dua hal tersebut harus di seimbangkan, Rafi juga ngasih tahu, kalo belajar dari banyak orang itu kuliah gratis yang nggak boleh ditinggalin gitu aja.
Oke segitu aja, thank you Rafi udah mau ngeluangin waktunya buat sesi wawancara ala-ala ini. Di tunggu cerita menarik selanjutnya, semoga bakal jadi jaksa yang paling disayangi oleh warga seprovinsi lampung, punya firma hukum beken se-dunia, jadi direktur di perusahaan sendiri biar bisa sedekah dan ngehujanin duit sama gue, anak jalanan, fakir miskin dan anak-anak yatim. See you on the top Rafi Mubarak!.
Comments
Post a Comment