Eksistensi Penyakit Kusta di Tengah Pandemi Covid-19

 

Indonesia adalah Negara yang mengalami peningkatan kasus baru penyakit kusta setiap tahunnya. Oleh karena itu, Indonesia menduduki peringkat ketiga di dunia setelah Brazil dan India sebagai penyumbang kasus kusta tertinggi. Jumlah keseluruhan penyakit kusta setiap tahunnya di Indonesia mencapai 0.70 kasus/10.000 penduduk dan dengan adanya penemuan kasus baru (Newly Case Detection Rate) sebesar 15.910 Penderita Kusta di tahun 2017.

Kementrian Kesehatan terus berupaya untuk mengeliminasi penyakit kusta atau lepra melalui promosi kesehatan, pencegahan penularan dan pengobatan. Menurut data profil kesehatan Indonesia tahun 2015-2017 Kementrian Kesehatan RI, semua provinsi di Sulawesi, Maluku dan Papua menjadi Provinsi dengan angka penemuan kasus baru yang tinggi (terdapat sekitar lebih dari 1.000 kasus baru). Informasi lainnya menyatakan bahwa Jawa Timur sebagai satu-satunya Provinsi di wilayah barat Indonesia yang mempunyai jumlah kasus baru yang tinggi pada tahun 2015-2016 (Kementrian Kesehatan, 2018).

Data Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes RI menunjukkan prevalensi kusta pada 2018 adalah 6,42 persen dan 2019 sebesar 6,50 persen. Namun pada 2020, kasus kusta yang tercatat hanya sebesar 3,34 persen kasus baru per 100.000 penduduk. Sepanjang 2020 sendiri ditemukan sebanyak 9.000 kasus kusta baru di Indonesia dengan total kasus kusta tercatat 16 .704 kasus aktif yang harus mendapat penanganan dan pengobatan.

SEJARAH PENYAKIT KUSTA ATAU LEPRA?

Penyakit kusta telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan adanya penemuan sebuah dokumen Papirus Mesir yang ditulis sekitar tahun 1550 SM. Pada tahun 1873, dr. Gerhard Armauer Henrik Hansen dari Norwegia menjadi orang pertama yang mengidentifikasi kuman penyebab penyakit kusta di bawah Mikroskop. Penemuan Mycobacterium Leprae membuktikan  bahwa kusta dipicu oleh bakteri. Hal ini menghapus stigma bahwa penyakit kusta disebabkan oleh kutukan atau dari dosa.

PENGERTIAN PENYAKIT KUSTA

Definisi penyakit kusta itu sendiri berasal dari bahasa Sansekerta. Yaitu, kustha yang berarti kumpulan gejala-gejala kulit secara umum. Kusta adalah penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae.  Penyakit adalah tipe penyakit granulo matosa pada saraf tepid an mukosa dari saluran pernapasan atas dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar. Dibutuhkan penanganan yang cepat untuk penyakit lepra ini, karena bila tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif menyebabkan kerusakan pada kulit, sistem saraf, anggota gerak dan mata.

Timbulnya Kusta merupakan suatu interaksi antara berbagai faktor penyebab yaitu pejamu (host), kuman (agent), dan lingkungan (environment), melalui suatu proses yang dikenal sebagai rantai penularan yang terdiri dari 6 komponen, yaitu penyebab, sumber penularan, cara keluar dari sumber penularan, cara penularan, cara masuk ke pejamu, dan pejamu. Diharapkan kepada seluruh masyarakat untuk mengetahui proses terjadinya infeksi atau rantai penularan penyakit maka intervensi yang sesuai dapat dilakukan untuk memutuskan mata rantai penularan tersebut.

PENYEBAB PENYAKIT KUSTA

Berdasarkan WHO, 2019, bakteri penyebab kusta dapat ditularkan melalui droplet atau percikan cairan dari hidung dan mulut pada saat kontak langsung secara terus-menerus dalam waktu yang lama dengan pasien kusta.  Bakteri Mycobacterium leprae akan berkembang biak selama dua sampai tiga minggu dan masa inkubasi penyakit ini rata-rata 5 tahun. Sehingga gelaja tidak langsung muncul, namun jika seseorang terpapar bakteri ini, gejala baru muncul setelah satu tahun, lima tahun bahkan lebih. Kementrian Kesehatan RI, 2018, telah mengonfirmasi bahwa tanda awal dari gelaja kusta antara lain adalah kulit mengalami bercak putih, merah, rasa kesemutan bagian anggota tubuh hingga tidak bisa melakukan fungsinya.

DUA TIPE PENYAKIT KUSTA

Tipe PB (Pausi Basiler) Kusta PB ditandai dengan adanya bercak putih seperti panu dan mati rasa, permukaan bercak kering dan kasar, tidak tumbuh rambut, bercak pada kulit antara satu sampai lima lokasi. Ada kerusakan saraf tepi pada satu lokasi bercak, namun hasil pemeriksaan bakteriologis negatif. Kusta PB ini tidak menular.

Tipe MB (Multi Basiler) kusta MB ditandai dengan bercak putih kemerahan yang tersebar di seluruh kulit dari tubuh penderita, terjadi penebalan dan pembengkakan pada bercak, bercak lebih dari lima lokasi, terdapat banyak kerusakan saraf tepi, dan hasil pemeriksaan bakteriologi positif. Kusta MB sangat mudah menular.


KEBERADAAN KUSTA DI TENGAH PANDEMI COVID-19

Selama wabah Covid-19 ini, pasien kusta mendapatkan hambatan dalam pelayanan akses kesehatan, padahal pasien yang menderita penyakit kusta tidak boleh mengalami putus obat. Menurut pasien kusta yang dikutip dari mediaindonesia.com Mursalim menyatakan jika penderita penyakit kusta khususnya penyandang disabilitas memiliki ruang gerak yang terbatas dan rentan tertular virus Covid-19. Pasien bernama Mursalim berharap kepada pemerintah agar dirinya diberikan fasilitas BPJS Kesehatan untuk memudahkan sistem rujukan di masa pandemi Covid-19 ini.

Menghilangkan stigma yang cukup tinggi mengenai kusta memang tidak mudah, penderita kusta dianggap berbahaya serta sering mendapatkan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Indonesia sendiri memiliki target untuk mencapai eliminasi kasus kusta di tahun 2024. Namun, karena terhalang oleh pandemi Coronavirus, sekelompok pasien kusta jadi terabaikan.  Padahal seharusnya pasien kusta bisa mendapatkan pelayanan yang baik.

Berdasarkan penjelasan dari NRL Indonesia yakni organisasi yang berfokus terhadap pemberantasan kusta sejak tahun 1975 mengajak semua pemangku kepentingan untuk segera memulai cara-cara baru dalam pelaksanaanya guna memberantas kasus kusta di Indonesia. Lalu, apa saja yang dapat dilakukan:

1.      Memusatkan perhatian pada upaya peningkatan pemahaman publik tentang kusta secara komprehensif (aspek kesehatan social, ekonomi, psikologi), yang meliputi frekuensi, materi edukasi dan cakupan wilayah pemberian edukasi.

2.      Memastikan bahwa pengaturan dan kebijakan yang dikeluarkan tentang pemberian layanan kesehatan untuk pasien kusta dilaksanakan oleh petugas kesehatan di daerah.

3.      Melakukan inovasi agar penemuan kasus berjalan dengan aman. Tingkatkan partisipasi masyarakat dengan inovasi yang sesuai dengan situasi setempat.

Kusta termasuk ke dalam 17 Neglected tropical disease (penyakit tropis yang terabaikan) versi WHO. Kemunculan pandemi, semakin membuat penyakit ini jauh dari perhatian.  Sebab, semua atensi dialihkan pada program pemerintah dalam pengendalian dan pencegahan Pandemi. Oleh karenanya, upaya penanggulangan kusta ini sebaiknya mendapatkan pengindahan dari segenap masyarakat.

       Seperti program yang telah dicanangkan oleh NRL Indonesia yang disebut sebagai 3Z (zero transmisi, zero disabilitas, zero eksklusi).  Zero transmisi penyakit kusta hanya bisa diberantas jika kita dapat menghentikan tertularnya orang kuman kusta, zero disabilitas ialah NRL Indonesia membantu penemuan kasus kusta sedini mungkin untuk menekan keterlambatan diagnosis yang dapat berakibat disabilitas pada penderita kusta, zero eksklusi yaitu NRL Indonesia mengupayakan inklusivitas dan pengurangan diskriminasi  dan stigma terhadap OYPMK dan penyandang disabilitas karena kusta.

Kesembuhan pada pasien kusta adalah harapan kita semua, terus berinovasi dan tetap optimis bahwa Indonesia akan bebas dari kasus kusta.

Comments

  1. Penderita kusta tidak seharusnya di diskriminasi tapi disemangati dengan bantuan materi dan moral,
    "Kesembuhan pada pasien kusta adalah harapan kita semua" Qabul Aamin tsumma Aamiin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar mbak, kita bisa bantu menyemangati mereka!!!

      Delete
  2. Maasyaa Allah tabarakallah, dapet ilmu baru nih dari blog ini 😍🤩.. Bismillah, in syaa Allah bermanfaat ya bung, hamasah 💪

    ReplyDelete
  3. Terima kasih infonya sangat bermanfaat 👍

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama-sama ya mbak refasta. Semoga berkah ilmunya

      Delete
  4. Wah tulisan yang sangat menarik, Bunga. Semoga dengan adanya tulisan ini dapat menyadarkan masyarakat bahwa penting juga untuk menghindari penyakit kusta ini dikala pandemi saat ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Good idea fitra, i think as a society we must help someone who get that illness.

      Delete
  5. masyaallahh terimakasii kak bunga infonya♡ semoga selalu bermanfaat bagi orang banyak.

    ReplyDelete
  6. Terimakasih banyak infonya, sangat menambah informasi🙌

    ReplyDelete
  7. Infonya sangat bermanfaat bagi semua yang membaca kak,di sini kita bisa tau apa yang tidak kita ketahui tentang penyakit kusta,semoga blog-blog selanjutnya bisa semakin bermanfaat bagi semua orang ya kak..

    ReplyDelete
  8. Daebakkk!!! Thanks atas ilmu barunya kak, 감사합니다!!!

    ReplyDelete
  9. Wah masyaaAllah sangat bermanfaat sekali. Jadi tau info2 tentang penyakit kusta sepetti apa. Ditunggu blog2 selanjutnya yaaa. Sukses terusss🥳

    ReplyDelete
    Replies
    1. hi ofaaa, thanks ya! I hope this blog will be better and I wish that I can share something beneficial.

      Delete
  10. Masyaa Allah...Terima kasih infonya bermanfaat banget ✨

    ReplyDelete
  11. Masyaallah thanks for the information kak bunga♡ may be useful for many people.

    ReplyDelete
  12. Blog nya sangat bermanfaat banget dan membuka wawasan kepada masyarakat awam, semangat bunga.. semangat terus untuk buat blog blog yang bagus seperti ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin, semoga selalu bermanfaat untuk kita semua ya.

      Delete
  13. Masyaallah tabarokaallah 😍 semoga bermanfaat Ra buat semua orang.aamiin

    ReplyDelete
  14. Mantab bunga alias Azzahra 😍

    ReplyDelete
  15. Wah, terima kasih! insyaallah yah!

    ReplyDelete
  16. Tetap jaga kebersihan untuk semuaa, semoga kita selalu sehatt☺

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts