"Yes Girl" without "Isyraf & Tabzir"

Menelaah kehidupan kaum muda yang nggak luput dari pemborosan akan menjadi topik hangat di blog ini, Gue yakin tema ini bakal memunculkan ribuan cibiran, Honestly, Gue takut diamuk masa.
langsung aja :

Gue kenal sama beberapa perempuan yang punya pemikiran "Oke banget", dan Gue mesti ngasih tahu ke kalian, kalau wanita-wanita semacam Mereka, nggak boleh dibiarin gitu aja. Gue nggak mau bilang siapa namanya, berapa umurnya, cantik atau nggak?, Let's see, how they look at life?, how do they survive in an age that's already untrue?, how do they choose friends?, how they become inspiring figures?, how they save money?, how they started a business?, and how do they like solitude?. Serba-serbi pertanyaan itu akan segera Gue bahas, keburu basi, come on dude!. Gue pun merasa hina ketika harus menanyakan banyak hal kepada Mereka, Gue nggak ada apa-apanya sama Mereka. Tiba-tiba saja Aqu merasa najis!.

Ngomongin Isyraf, kalau Lo anak madrasah, anak pondok pasti tahu, jadi Isyraf itu artinya melampaui batas, melakukan sesuatu yang berlebihan, menurut agama Gue Isyraf ini termasuk perbuatan tercela, merugikan diri sendiri dan masyarakat. Isyraf terjadi dalam berbagai bentuk, misalnya, Isyraf pada kebutuhan sehari-hari yang primer, seperti makan, minum atau berpakaian. 

Nah, kalau Tabzir nih mirip sama Isyraf, Tabzir ialah boros, yakni mengeluarkan sesuatu (harta) tanpa tujuan atau secara salah alias sia-sia belaka. Contohnya, Ngasih makanan yang cukup untuk lima belas orang terhadap tiga tamu, jadi mubazir kan. Seremnya, boros ini merupakan salah satu perilaku setan, karena itu kalau Kita melakukan pemborosan, Kita udah ngikutin jejak setan, dan telah menjadi sahabat atau saudaranya, I don't want to be a friend of satan.

Kita mulai keseriusan ini dengan mengucap lafadz basmallah, bismillahhirrahmanirrahim. Siang menjelang sore kala itu, mengingatkan Gue akan sosok cewek berinisial "A", doi berasal dari keluaraga kaya raya, yang nggak pernah nunjukin sisi beradanya. Selain parasnya menawan, dia juga aktif berorganisasi dan cuek perihal cinta. Banyak yang suka sama dia, cuma sayang, dia amat menutup diri, dia selalu bilang "Trust no one, everything changed bung, tapi jati diri enggak, susah bung percaya sama orang di dunia yang udah babak belur gini". Emang nggak boleh ada cowok yang dengan segampang itu mendapatkan hati perempuan nan cerdas. Harus melewati jutaan tantangan dulu, baru bisa, baiklah Gue setuju.

"Kalo dari awal ngedektin karena muka, niatnya aja udah nggak bagus. Wajah pasti berubah, nggak selamanya yang cantik itu cantik, yang pinter itu pinter terus."

"Kita bisa ngeliat karakter orang dari gimana dia memperlakukan orang lain, contoh kecilnya : Tolong, maaf, terima kasih."


"Semakin Kita dewasa, rasa santai semakin menghilang : You can't rely on someone, you must stand on your own feet, fight for your own self. You have no one, you gotta be strong, not only for anyone but for yourself."


Jadi, itu yang Gue tangkep dari obrolan Kita melalui whatsapp. 

Kita beralih ke pembahasan lain, kisah yang berasal dari wanita kedua : "Gue boleh sombong yak, sebentar aja, jadi kalo mau ngomongin hedon, Gue bisa aja. Gue kaya, lumayan cantik, punya mobil, rumah gedong. Tapi sayang, Gue nggak tertarik mau happy-happyan tanpa ada hasil. Nyokap Gue paling bawel kalo masalah uang, gue nggak dengan mudah bisa dapetin seceng, pengin marah? oh nggak dong, karena Gue tahu nyari uang itu susah, bokap Gue pergi pagi, pulang malem. Kalo Gue menghambur-hamburkan uang buat hal yang nggak guna, ogah ah!. Jujur aja inimah, otak Gue ini isinya uang-uang-uang, tapi untunglah ada jiwa bisnis, jadi Gue alihkan uang jajan Gue buat modal usaha. Gue punya toko baju di simpur, Gue juga menjalin kerjasama sama owner baju-baju distro di beberapa kota. Gue sangat mungkin untuk pamer, tapi islam nggak ngebolehin, sorry ya bukannya gue sok religius, but there's one of my hobbies that can't be released, which is giving charity. Mending memberi daripada menerima, is that true?"cerocosnya panjang lebar.

Gue nggak melihat ke-songongannya sama sekali, justru seru bisa berdiskusi sama cewek kece kayak dia, demen gue.

"Gini cuy, kalo Lo anak hartawan, gue saranin pelorotin uang bapak Lo terus jadi investor muda. Apalagi anak cowok nih! Lo boleh bergaya hypebeast, tapi kalo pake uang orang tua, Lo kalah sama gue yang bisa ngasilin uang sendiri. Ngemis pulus sama ortu itu paling nggak enak brayyy. Young people should have been able to buy a car and a house using their own money, ngapain Lo mabok-mabokan, pergi ke diskotik kalo cuma mau nunjukin sisi kejantanan, memperlihatkan  jenis bir yang Lo beli. Norak banget dah Lu!"lanjut si cewek, sepertinya dia mulai emosi. Gue merasa lagi diomelin sama dia, seolah-olah gue lah si tersangka yang bengis itu.

Tenang, obrolan Kita belum berakhir, emang wanita satu ini rada suka ngoceh :

"Sorry ya bunga, kalau Gue nge-gas. Sebenernya gue nggak pernah mengaggap ini masalah, cuma temen-temen gue aja yang suka memprovokasi ke-jombloan gue. Mungkin karena Gue dingin, dan nggak banyak bacot, laki-laki penasaran, banyak yang ngedeketin, tapi gue mau langsung nikah. Aduh, nggak ada waktu lagi mau beduaan di bioskop, dinner-dinneran, nggak bisa gue. Sibuk, kuliah sambil kerja, nabung duit, gue mau beli perumahan di sabah balau, doain aja."Astaga, kenapa cewek ini bisa se-tajir itu!. Yang gue liat sih, emang sesuai sama fakta, dia punya kosan di belakang rumah Gue, Alhamdulillah gue kenal, jadi ntar bisa minjem duit, Wkwkwk, jangan sampe!.

Gue sempet mancing dia gini : "Jadi, tipe pria idaman Lo gimana?"
dia jawab "Cowok ideal itu bukan cuma yang punya tubuh tinggi, kulit putih, berpakaian keren, ganteng gitu. Salah besar, sebuah hubungan rumah tangga itu bertahan karena kedua pasangan punya pemikiran yang sama, enak diajak diskusi, keduanya nggak merasa hebat, keduanya mengalah. Kayak emak sama bapak gue, hehehe. Jadi, kalo udah kakek-kakek si cowok yang tadinya cakep bakal ubanan juga."

Pertanyaan yang entah ke-berapa.
"Cita-cita lo mau jadi apa?."
"Gue mau jadi istri yang mandiri, yang pasti punya harta kekayaan yang melimpah, karena dengan begitu gue bisa berbagi."

Sadis banget responnya, nggak papa gue suka.

"Eh, seandainya cowok nggak suka sama Lo, karena Lo terlalu tajir-melintir gimana?"
"Orang yang cinta sama Kita kan nerima apa adanya, gue banyak kekurangan kok, ntar gue mau berbagi kekayaan sama dia, dia bakalan gue jadiin CEO-nya, gue mau ngurus anak di rumah sambil masak."

Ya ampun, seketika saja gue ingin tertawa, tercengang bukan main.

Hidup dengan seharusnya, lebih menenangkan. Daripada menuntut diri agar terlihat sama dengan yang tidak sesuai dengan kemampuan keluarga, ada baiknya keluar dari zona yang membawa kita ke jalur yang salah. Gue juga sering merasa inskeyur, tapi lagi-lagi ajaran agama menyadarkan gue, kuncinya adalah nggak lepas dari "Bersyukur".

Gue nggak iri sama Mereka yang hedon, silahkan aja! Toh, Mereka kan punya uang. It's not my own business, I just want to share my experience. Gue juga bukan manusia sempurna, gue tipe cewek yang sangat senang medengarkan ujaran kebencian, jadi kalo nggak suka sama tulisan-tulisan gue, kagak usah dibaca. The writer isn't someone who knows everything. Sampai bertemu di cerita selanjutnya.





Comments

Popular Posts